Beras Adan Bukan Sekadar Pangan, Ada Leluhur Lundayeh dan Hidup Selaras Alam

Nunukan – Di dataran tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, hamparan sawah hijau terbentang di ketinggian 700–1.200 meter di atas permukaan laut. Berbeda dengan lahan pertanian di dataran rendah, persawahan di Krayan dikelilingi hutan lebat dan pegunungan yang menjadi bagian dari Taman Nasional Kayan Mentarang.

Udara sejuk, tanah subur, serta aliran air jernih dari pegunungan menjadi sumber kehidupan yang membuat padi tumbuh alami, tanpa pupuk kimia maupun pestisida. Dari tanah inilah lahir Beras Adan, padi lokal yang benihnya diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Dayak Lundayeh.

Generasi demi generasi menjaga benih asli ini, tidak pernah diganti atau disilangkan dengan varietas lain. Keaslian itu yang menjadikan Beras Adan bukan sekadar bahan pangan, tetapi simbol keberlanjutan tradisi dan hubungan manusia dengan alam. Lebih istimewa lagi, padi ini hanya bisa ditanam sekali dalam setahun, mengikuti siklus musim dan kearifan lokal yang telah dipegang teguh sejak lama.

“Keunggulan Beras Adan yaitu diproduksi secara organik, tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida. Ada tiga varietas, putih, merah, dan hitam, dengan tekstur pulen, legit, dan aroma harum. Benih beras ini merupakan warisan dari nenek moyang masyarakat Krayan,” jelas Hery Gunawan, Kepala Seksi Pengelolaan TN Wilayah I Long Bawan Taman Nasional Kayan Mentarang, Senin (1/9/2025).

Bagi masyarakat Lundayeh, padi bukan sekadar komoditas ekonomi, tetapi bagian dari jati diri. Setiap musim tanam dan panen selalu diiringi ritual adat, doa, dan kebersamaan. Menanam padi di Krayan berarti merawat warisan leluhur sekaligus menjaga keharmonisan dengan lingkungan sekitar.

“Beras Adan adalah kebanggaan Krayan, lahir dari tanah yang subur dan air pegunungan yang jernih. Beras Adan bukan hanya hasil pertanian, tetapi juga warisan budaya dan bukti harmoninya masyarakat Krayan dengan alam,” ujar Seno Pramudito, Kepala Balai Taman Nasional Kayan Mentarang.

Keaslian benih, cara tanam organik, dan pola tanam tahunan membuat Beras Adan dikenal lebih sehat sekaligus langka. Tidak hanya dikonsumsi sehari-hari, beras ini juga selalu hadir dalam upacara adat, pesta panen, hingga perayaan penting keluarga.

Beras yang Dicari hingga Negeri Tetangga

Meski berasal dari wilayah perbatasan yang aksesnya sulit dijangkau, Beras Adan tetap diminati banyak orang, termasuk pembeli dari Malaysia. Akses darat yang lebih mudah ke negeri tetangga membuat perdagangan beras ini kerap mengalir ke pasar Malaysia, sementara untuk menjangkau kota-kota lain di Indonesia, masyarakat harus bergantung pada transportasi udara.

“Untuk pembeli beras ini, memang benar lebih banyak pembeli dari Malaysia. Jadi pembeli datang langsung ke Krayan, atau masyarakat Krayan yang menjualnya langsung ke Malaysia. Hal itu terjadi karena akses jalan lebih mudah ke Malaysia, daripada ke wilayah kabupaten di Kaltara yang harus menggunakan pesawat,” tambah Hery Gunawan.

Kini, Beras Adan tidak hanya menjadi sumber pangan, tetapi juga penopang ekonomi masyarakat Krayan. Dengan dukungan Balai TNKM dan berbagai pihak, petani Krayan mulai mendapatkan pelatihan, alat pertanian, hingga pendampingan pemasaran. Semua itu bertujuan agar Beras Adan mampu bersaing di pasar modern, tanpa kehilangan nilai tradisi dan keasliannya.

Lebih jauh, keberadaan Beras Adan membuktikan bahwa konservasi alam bisa berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ketika hutan dijaga, sumber air tetap mengalir, dan sawah tetap subur, maka keberlanjutan padi leluhur ini akan tetap terjaga.

Padi Leluhur yang Menjadi Kebanggaan

Beras Adan adalah cermin dari hubungan erat antara manusia, budaya, dan alam. Ditumbuhkan di dataran tinggi yang terisolasi, dengan benih asli yang diwariskan turun-temurun, serta hanya ditanam sekali dalam setahun, beras ini bukan hanya makanan pokok, tetapi identitas masyarakat Lundayeh.

“Bersama program desa binaan, kami ingin Beras Adan bukan hanya dikenal, tetapi dicintai dan dihargai dunia sebagai produk pertanian dari Dataran Tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara,” tegas Seno Pramudito.

Di setiap butirnya, Beras Adan menyimpan cerita leluhur, ketekunan menjaga tradisi, dan kearifan menjaga alam. Dari Krayan, beras ini membawa pesan sederhana, pangan terbaik lahir dari keseimbangan antara manusia dan lingkungannya. Mmasyarakat Dayak Lundayeh di dataran tinggi Krayan membuktikan bisa hidup selaras dengan alam, sesuai prinsip konservasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *