Pohon Setia Raja dan Kisah Kota Gaib di Kutai Kartanegara

Menjelajahi hulu Sungai Mahakam perlu singgah ke Danau Melintang di Kutai Kartanegara , Kalimantan Timur (Kaltim). Salah satu danau terbesar di Kaltim yang memiliki luas 11 ribu hektare (ha) itu mengundang untuk dijelajahi.

Di Danau Melintang terdapat pohon setia raja. Posisinya berada di depan gerbang Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis.

Pohon setia raja ada dua yang posisinya berada di kanan dan kiri gerbang desa. Pohon ini unik karena menjadi pohon yang masih kokoh berdiri di tengah Danau Melintang.

Karena posisinya ini pula warga desa setempat kadang menjulukinya sebagai pohon penjaga desa. Berdiri kokoh di kanan dan kiri seolah menyambut siapa saja yang hendak masuk. Hery Cahyadi, salah satu tokoh masyarakat Desa Muara Enggelam, menyebut ada kisah misteri dan mistis di balik keberadaan pohon setia raja. Kisah ini masih menjadi bagian hikayat Kerajaan Kutai terdahulu.

Kisah tersebut, katanya, beredar luas di tengah masyarakat, diceritakan secara turun temurun hingga menjadi hikayat desa.

“Kenapa dinamakan pohon setia raja? Dahulu kala Sultan Kutai ingin mendirikan Masjid Agung dan membutuhkan tiang utama yang kokoh dan kuat. Kami menamakannya tiang guru,” ujar Hery saat memulai ceritanya.

Maka disebarlah empat orang ke segala penjuru Kutai. Utusan ini terdiri dari pangeran dan putra mahkota.

“Ada yang ke sungai, ada yang ke pesisir, ada yang ke kawasan pegunungan, dan ada pula yang ke danau yakni Danau Melintang ini. Utusan yang ke Danau Melintang adalah putra mahkota,” sebutnya.

Saat putra mahkota Bersama hulu balang dan rombongan tiba di Danau Melintang, mereka dicegat oleh sekelompok makhluk gaib. “Penghuni” Danau Melintang itu bertanya tujuan rombongan ke Danau Melintang.

“Sang putra mahkota menjelaskan kalau mereka ingin mencari kayu paling kuat di daerah tersebut dan dijawab oleh makhluk gaib tadi yakni kayu bangkirai. Putra mahkota meminta diantarkan ke lokasi dan diizinkan untuk mengambil kayu,” sambungnya.

Usai batang kayu bangkirai diambil dan hendak pulang, makhluk gaib meminta kepada putra mahkota untuk dijadikan bagian dari Kesultanan Kutai. Permintaan itu tak langsung disetujui karena putra mahkota harus meminta ijin ke Sultan Kutai.

Putra mahkota kemudian Kembali ke ibukota kerajaan Kutai dan menceritakan kisahnya kepada sultan. Sultan pun merespon dan meminta putra mahkota kembali ke Danau Melintang menyampaikan kabar persetujuannya.

“Bawa tongkat ini sebagai tanda bahwa mereka sudah menjadi bagian dari Kerajaan Kutai dan bisa mengabdikan diri,” kata Sultan seperti ditirukan Hery.

Putra Mahkota kemudian kembali ke Danau Melintang dan menemui makhluk gaib. Tongkat tadi kemudian ditancapkan di tempat mereka dicegat saat pertama kali berjumpa. Tongkat itu kemudian menjadi perkampungan gaib sebagai simbol kesetiaan mereka kepada raja. Di kawasan itu tumbuh pohon rengas yang kini disebut sebagai pohon setia raja.

“Itu menjadi penanda kesetiaan mereka kepada sultan dan kini menjadi kota gaib yang besar, megah, dan modern,” sebut Hery.

Sebagai orang asli Kutai, Hery meyakini kebenaran kisah tersebut. Apalagi sudah banyak orang yang menyaksikan sendiri kemegahan kota gaib itu.

Suatu hari, Hery bercerita, rumahnya kedatangan tamu dari Kota Tenggarong. Rumah Hery saat itu masih berbentuk rakit yang mengapung dan menjadi ciri khas rumah warga Desa Muara Enggelam dahulu kala.

Saat subuh, istri Hery yang hendak menuju dapur sempat melihat tamunya berbaring di ruang tamu. Tak lama berselang, dia menoleh dan tak melihat tamunya.

“Istri saya langsung mencari keberadaan tamu itu ke seluruh penjuru rumah namun tak kunjung ketemu. Tak lama berselang tiba-tiba sudah ada berbaring lagi di ruang tamu,” ujarnya.

Keesokan pagi, Hery memberanikan diri bertanya kepada tamunya pergi ke mana subuh tadi.

“Dia menjawab kalau diajak melihat sebuah kota gaib di sekitar pohon setia raja. Kotanya sangat megah dan disebut kampung gaib setia raja,” sebutnya.

Kisah lain, Hery bercerita ada rombongan yang datang ke desa itu. Saat berada di desa, seorang dari mereka video call dengan istrinya yang berada di Kota Tenggarong.

“Istrinya melihat ada orang di belakang suaminya. Ditanya sama istrinya itu siapa, teman yang mana. Dijawab suaminya tidak ada teman lain,” cerita Hery.

Istri temannya melihat ada orang lain di belakang suaminya yang berpakaian ala kesultanan seperti singa. Tak lama berselang orang gaib tersebut hilang sebelum sempat screen capture oleh istrinya.

Soal kehidupan kota gaib itu, Hery mengaku memang susah untuk dibincangkan sebagai sesuatu yang harus dipercayai oleh siapapun. Namun, kisah-kisah tersebut dipercaya oleh warga desa yang mayoritas bersuku Kutai.

“Saya pernah dibawa dan diperlihatkan itu ya saya cerita apa adanya. Kalau orang mendengar pasti bingung juga karena mereka tak pernah melihat di situ,” sebutnya.

Hery menjelaskan, kota gaib itu luar biasa megah dengan kehidupan yang modern. Kemegahan itu, kata Hery, sulit dijelaskan.

Pohon setia raja berdiri kokoh di Danau Semayang membuktikan kesetiaannya kepada alam. Di belakangnya, perkampungan warga berdiri berjajar mengikuti aliran Sungai Enggelam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *