MAHAKAM ULU – Dua belas tahun bukan sekadar penanda usia bagi Mahakam Ulu. Ia adalah perjalanan panjang yang dilalui dengan kesabaran oleh masyarakat di hulu Sungai Mahakam, yang selama bertahun-tahun hidup dalam jarak, keterbatasan, dan harapan yang terus dijaga.
Peringatan Hari Ulang Tahun ke-12 Mahakam Ulu, 14 Desember, menjadi momen refleksi bagi pemerintah daerah dan masyarakatnya. Usai misa di Gereja Katolik Santo Bonifasius, Minggu (14/12/2025), Bupati Mahakam Ulu Angela Idang Belawan menyampaikan harapannya agar daerah ini terus bergerak maju dan mampu mempercepat pembangunan.
“Harapan saya tentu Mahakam Ulu semakin jaya dan semakin maju. Walaupun kita masih dalam tahap berkembang, saya yakin kita bisa terus mempercepat langkah ke depan,” ujar Angela.
Ia menegaskan bahwa tujuan utama pembangunan adalah kesejahteraan masyarakat. Bagi Angela, kemajuan tidak boleh berhenti di wilayah ilir, tetapi harus dirasakan hingga ke daerah hulu yang selama ini paling jauh dari akses.
“Saya ingin masyarakat Mahakam Ulu sejahtera. Bukan hanya di daerah ilir, tapi daerah ulu juga harus sama, harus maju bersama,” katanya.
Salah satu fokus yang kembali ditekankan adalah konektivitas wilayah. Jalan darat dari Ujoh Bilang menuju Long Apari disebut sebagai kebutuhan mendesak yang selama ini menjadi harapan masyarakat pedalaman.
“Doakan saya dan seluruh jajaran bisa menembus ke pusat, sehingga jalan dari Ujoh Bilang ke Long Apari bisa kita kerjakan secepat mungkin,” ucap Angela.

Di tengah peringatan tersebut, Angela juga menyampaikan kisah yang sempat membuatnya haru. Ia bercerita tentang pengalaman Pastor Arda saat pertama kali datang melayani di Mahakam Ulu dan terkejut dengan kondisi dasar daerah ini.
“Pastor Arda sempat kaget melihat kondisi listrik dan jaringan internet kita yang jauh tertinggal dari kota,” tutur Angela.
Ia mengisahkan bagaimana Pastor Arda sempat terdiam ketika ditanya Uskup di Bogor, apakah bahagia bertugas di Mahakam Ulu. Bagi Angela, cerita itu mencerminkan realitas yang selama ini dirasakan masyarakat. Namun waktu berjalan, pelayanan terus diberikan, dan pengabdian perlahan menemukan maknanya.
“Saya percaya sekarang Pastor Arda sudah bahagia berada di Mahakam Ulu dan melayani masyarakat di sini,” ujarnya.
Kisah tersebut terasa dekat dengan pengalaman pribadi Angela. Ia mengaku harus meninggalkan anak-anaknya di Samarinda demi menjalankan amanah sebagai kepala daerah di wilayah yang tidak mudah dijangkau.
“Saya meninggalkan anak-anak saya di Samarinda. Tapi saya merasa pengorbanan itu setimpal, karena di sini saya juga punya anak-anak, putera-puteri Mahakam Ulu yang terus memberi saya kekuatan,” kata Angela dengan suara bergetar.
Refleksi itu sejalan dengan tulisan Angela yang diterbitkan salah satu media lokal. Dalam tulisannya, ia menyebut Mahakam Ulu lahir dari kesabaran panjang masyarakatnya, dari wilayah yang lama berada di pinggir perhatian, namun menyimpan harapan besar akan kehadiran negara yang lebih dekat.
“Mahulu lahir sebagai harapan. Harapan akan keadilan, akan kedekatan negara, akan masa depan yang lebih layak,” tulis Angela.
Ia mengakui bahwa harapan tersebut belum sepenuhnya tuntas. Namun ia melihat perubahan yang perlahan hadir dalam kehidupan masyarakat.
“Saya melihatnya di jalan-jalan yang mulai membuka keterisolasian, di pelayanan publik yang perlahan hadir lebih dekat, dan di wajah-wajah warga kampung yang tidak lagi sekadar menunggu,” tulisnya.

Sebagai daerah perbatasan dengan medan berat, Mahakam Ulu kerap menghadapi keterbatasan. Warga masih menghadapi persoalan listrik yang belum menyala penuh, jaringan internet yang belum merata, layanan kesehatan yang terbatas, serta akses pendidikan yang belum setara. Dalam konteks itulah, Angela menegaskan bahwa Mahakam Ulu tidak meminta kemudahan.
“Mahulu tidak pernah meminta kemudahan, ia hanya meminta kesempatan,” tulisnya.
Di usia ke-12 ini, Angela menilai Mahakam Ulu tengah berada pada fase penting pembangunan. Ia menyebut daerah ini mulai bergerak lebih cepat untuk mengejar ketertinggalan, dengan persatuan sebagai kekuatan utama.
“Tema ‘Bersatu untuk Melaju’ bukan sekadar kalimat indah. Ia adalah keperluan,” tulis Angela.
Arah pembangunan, menurutnya, diletakkan pada keadilan dan pemerataan, hingga ke hulu sungai, serta pada pemerintahan yang mau mendengar suara masyarakat.
“Mahulu masih harus terus diperjuangkan. Daerah ini hidup karena orang-orangnya tidak menyerah,” tulis Angela menutup refleksinya.
Di usia dua belas tahun, Mahakam Ulu belum merayakan pencapaian besar. Namun di hulu Mahakam, harapan itu tetap dijaga. Dengan kesabaran, dengan pengorbanan, dan dengan keyakinan bahwa masa depan bisa dibangun dari tempat yang selama ini dianggap jauh.
