MAHAKAM ULU — Ketika Sungai Mahakam menyusut drastis di musim kemarau, masyarakat di hulu sungai seperti terperangkap di pulau terpencil. Di Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai, harga bahan pokok melonjak tajam, listrik padam bergiliran, dan jaringan komunikasi menjadi mewah yang sulit diakses.
Kondisi itu bukan baru terjadi tahun ini. Bagi Martina Wau, Anggota DPRD Kabupaten Mahakam Ulu yang berasal dari Long Apari, kemarau adalah isyarat krisis yang datang berulang tanpa pernah benar-benar dipecahkan.
Menurut Martina, situasi yang terjadi saat ini telah menjadi semacam “ritual tahunan” bagi warga perbatasan. Ia menyebut krisis pangan, BBM, listrik, dan telekomunikasi di Long Apari bukan hal baru, melainkan masalah klasik yang terus berulang sejak puluhan tahun lalu.
“Permasalahan ini merupakan masalah klasik yang berulang-ulang setiap tahunnya di Kecamatan Long Apari, dari sejak zaman saya lahir tahun 1981 di Kampung Tiong Ohang sampai saat ini,” ujar Martina, Selasa (5/8/2025)
Tingginya harga beras yang mencapai hingga satu juta rupiah per karung, gas elpiji yang menembus Rp800 ribu per tabung, serta BBM yang dijual eceran Rp25.000 hingga Rp35.000 per liter, menurutnya hanya gejala dari persoalan utama. Dia dengan tegas menyebut keterisolasian akibat ketiadaan jalan darat.
Martina menyampaikan bahwa masyarakat sudah jenuh dengan solusi sementara, seperti subsidi ongkos angkut atau program sembako murah. Ia menegaskan bahwa warga Long Apari membutuhkan jaminan keselamatan dalam akses transportasi yang layak.
“Masyarakat Kecamatan Long Apari sudah capek dengan situasi dan keadaan seperti ini,” kata Martina.
“Kami butuh solusi konkret dari pemerintah dan berjangka panjang, yaitu agar pemerintah memprioritaskan program pembangunan infrastruktur jalan bagi masyarakat di Kecamatan Long Apari,” sambungya.
Ia menambahkan, kondisi sungai yang ganas saat musim hujan maupun kemarau seringkali menimbulkan risiko kecelakaan fatal, bahkan korban jiwa.
“Tolong, kami tidak meminta kenyamanan. Kami hanya minta jaminan keselamatan perjalanan bagi masyarakat kami. Berikan kami jalan dan jembatan yang layak dan memadai,” tegas Martina.
Sementara itu, Herdiansyah Hamzah, Pakar Hukum Tata Negaa dari Universitas Mulawarman, menyampaikan kritik tajam terhadap langkah pemerintah dalam menangani krisis di Mahakam Ulu. Ia menilai pengiriman bantuan sembako dan LPG oleh Pemprov Kalimantan Timur hanya menyentuh permukaan, tanpa merespons akar persoalan.
Dalam pandangannya, bantuan semacam itu lebih sebagai cara meredam kritik publik ketimbang solusi struktural.
“Jelas nggak solutif. Itu sifatnya respon jangka pendek, sekadar menghindari kritik biar dibilang peduli,” ujar Herdiansyah, Rabu (6/8/2025)
Ia mempertanyakan kesiapan pemerintah dalam merancang sistem ketahanan wilayah yang lebih berkelanjutan. Menurutnya, jika pemerintah benar-benar peduli, seharusnya sudah ada desain besar pembangunan untuk menjawab kerentanan tahunan yang dialami Mahakam Ulu.
“Model macam ini tidak menyentuh akar persoalan. Kalau benar-benar peduli, harusnya punya desain jangka Panjang, bagaimana memastikan Mahulu sustain dengan kebutuhan pokok,” katanya.
Herdiansyah juga meragukan kemampuan pemerintah menjawab pertanyaan mendasar soal pembangunan. Ia menantang pemerintah untuk membuka detail anggaran, rencana waktu pengerjaan, dan konsep jangka panjang untuk mengatasi keterisolasian daerah tersebut.
“Coba kita tanya, bagaimana konsep pembangunan infrastruktur di Mahulu, berapa biaya yang disiapkan, dan berapa lama dikerjakan? Mereka pasti gagap menjawab,” ujarnya.
Kritik dari kalangan akademisi ini memperkuat suara dari akar rumput seperti yang disuarakan Martina Wau. Keduanya menyoroti kebutuhan mendesak akan perubahan pendekatan, dari solusi tambal sulam menjadi strategi pembangunan yang terstruktur dan berkeadilan.
Setiap tahun, Mahakam Ulu kembali ke krisis yang sama—seolah waktu berhenti di wilayah pedalaman itu. Ketika suara warga dan akademisi bersatu dalam tuntutan yang sama, sudah waktunya pemerintah berhenti mengirimkan bantuan musiman dan mulai membangun jalan keluar yang sesungguhnya.