KUKAR — Di tepian Sungai Mahakam, Desa Embalut terus menggantungkan harapan pada perairan yang telah lama menjadi sumber kehidupan. Namun kini, warga tak hanya berharap dari sungai saja. Jagung mulai tumbuh di lahan-lahan bekas tambang, menjadi simbol harapan baru.
Adalah Yahya, Kepala Desa Embalut, yang berada di balik dorongan untuk membangkitkan sektor pertanian sebagai pelengkap kekuatan ekonomi desa.
“Kami ini masih sangat bergantung pada perikanan. Tapi saat tangkapan berkurang, warga harus tetap bisa bertahan,” ujarnya, Sabtu (03/05/2025).
Selama ini, mayoritas masyarakat di Embalut hidup sebagai nelayan. Pemerintah desa pun tak tinggal diam: mereka menyediakan alat tangkap baru, menggelar pelatihan, dan berupaya membuka jalur pasar bagi hasil ikan.
Namun alam kadang tak bisa ditebak. Hasil tangkap bisa menurun, harga bisa jatuh. Maka, kebun jagung di lahan bekas tambang menjadi solusi yang ditawarkan Yahya dan timnya.
“Jagung ini kami tanam di lahan yang dulunya tidak berguna lagi. Sekarang, harapannya bisa jadi tumpuan baru,” ucap Yahya sambil menatap ladang-ladang muda yang mulai tumbuh menghijau.
Bagi Yahya, masa depan Embalut terletak pada kekuatan kolaborasi antara air dan tanah. “Kalau masyarakat bisa bergerak bersama, dari ikan dan jagung, saya yakin Embalut akan jadi desa yang mandiri dan sejahtera,” pungkasnya dengan penuh optimisme.
Upaya seperti yang dilakukan di Embalut pun mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kukar, Arianto, menyebut bahwa kemajuan desa memang tidak bisa dilepaskan dari kerja bersama berbagai pihak.
“Peningkatan status desa harus memenuhi sejumlah indikator. Contoh jalan menuju ke suatu desa itu mulus, ketahanan pangan melimpah,” kata Arianto.
Ia menegaskan, sinergi antara pemerintah desa, masyarakat, dan dukungan dari OPD teknis hingga pelaku usaha adalah elemen penting dalam mewujudkan desa-desa yang maju dan mandiri.(adv)
