Drama Pemulangan Orang Utan ke Tanah Borneo, Lintasi Ribuan Kilometer

Penajam Paser Utara – Di balik kandang besi yang rapat, tatapan mata Mungky dan Dodo menyimpan kisah panjang. Keduanya kini menjadi penghuni sementara Pusat Suaka Orangutan (PSO) Arsari di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Dua orangutan jantan ini akhirnya kembali ke Kalimantan Timur setelah lebih dari satu dekade hidup di luar habitat alaminya. Perjalanan mereka tidak sederhana, melewati darat, udara, dan laut, diiringi ketegangan setiap kali pesawat berguncang di udara.

Setiap detik dalam translokasi menjadi pertaruhan besar. Satu kesalahan kecil bisa membuat stres berkepanjangan bagi satwa cerdas yang peka terhadap lingkungan baru.

Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD), sebagai pengelola PSO Arsari menyebut keberhasilan membawa keduanya pulang adalah hasil dari koordinasi panjang lintas lembaga dan kerja sama multipihak.

“Ini bukan sekadar translokasi, tapi simbol kepedulian banyak pihak terhadap satwa endemik Kalimantan,” kata S. Indrawati Djojohadikusumo, Wakil Ketua YAD, Kamis (11/9/2-25). Ia menegaskan, pemulangan Mungky dan Dodo adalah momentum penting memastikan kesejahteraan orangutan yang tak mungkin dilepasliarkan ke alam liar.

Mungky pertama kali diselamatkan dari rumah warga di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, pada 2014. Fisiknya sehat, tetapi naluri liarnya telah pudar.

“Kalau dari segi fisik dan kesehatan, dia bagus, sehat, anatomis lengkap. [Hanya] data tingkah lakunya tidak bisa didapat. Karena sudah lama dipelihara, dia tidak bisa dilepasliarkan,” jelas drh. Vicktor Vernandes, Manajer Program Sintang Orangutan Center.

Berbeda dengan Mungky, Dodo bahkan lebih lama hidup di balik jeruji. Diamankan dari Bogor pada 2008, ia hampir tak pernah mengenal hutan.

“Walaupun secara medis, Dodo dinyatakan sehat, namun karena ia sudah berada di dalam kandang sejak lahir, insting survive-nya sangat kecil,” ujar drh. Anatasha Reza Widiantoro, dokter hewan PPS Cikananga.

Arsari dan Pulau Suaka

Kedua orangutan ini kini berada di Pusat Suaka Orangutan (PSO) Arsari di Sepaku, Penajam Paser Utara. Fasilitas yang berdiri sejak 2019 itu didirikan untuk menampung orangutan jantan dewasa yang tidak memungkinkan dilepasliarkan ke hutan.

“Melalui kerja sama tripartit antara Balai KSDA Kalimantan Timur, Otorita IKN, dan YAD, PSO Arsari ingin memberikan kesejahteraan bagi orangutan jantan dewasa yang tidak bisa kembali ke alam bebas,” lanjut Indrawati.

Kelak, Mungky dan Dodo akan dipindahkan ke Pulau Kelawasan, pulau suaka semi-liar di jantung IKN yang sedang dibangun. Di sana, mereka dapat mengekspresikan perilaku alami, meski tetap bergantung pada intervensi manusia.

Translokasi Mungky pada Mei 2025 menggambarkan betapa peliknya membawa satwa seberat hampir 100 kilogram melintasi ribuan kilometer. Dari Sintang, ia digotong dalam kandang khusus menuju Pontianak, menempuh delapan jam perjalanan darat.

Di Bandara Supadio, petugas harus memastikan kandang tetap stabil saat melewati lorong sempit kargo pesawat. Suara mesin jet dan dentuman roda pendaratan menjadi sumber stres tersendiri bagi orangutan.

Begitu pesawat transit di Jakarta, tim medis bergantian memeriksa kondisi Mungky, dari detak jantung hingga pernapasan, sebelum akhirnya terbang lagi menuju Balikpapan. Malam itu, setelah hampir sehari penuh berpindah moda transportasi, Mungky tiba di PSO Arsari dengan selamat.

Dua bulan berselang, Dodo menjalani perjalanan yang tak kalah menegangkan. Dari Sukabumi ke Jakarta pada malam hari, ia kemudian terbang ke Balikpapan menggunakan jasa logistik door-to-door dari KirimAja. Tim dokter hewan terus memantau dari balik kandang, memastikan ia tidak dehidrasi.

“Kami memahami pentingnya fungsi kontrol keamanan dan kondisi satwa selama perjalanan. Karena itu, kami memberi kemudahan akses bagi pendamping, termasuk dokter hewan, agar satwa tetap terpantau,” ujar Hari Agung Saputra, Direktur KirimAja.

Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat, Murlan Dameria Pane, menyebut perjalanan itu sebagai bukti sinergi.

“Kegiatan ini mencerminkan sinergi antar lembaga dalam pelestarian satwa liar endemik Kalimantan. Kami berharap Mungky dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan aman di habitat barunya.”

Dukungan dari IKN dan BKSDA Kaltim

Bagi Otorita IKN, pemulangan Mungky dan Dodo memiliki arti lebih luas. “Dengan perpindahan ini, keanekaragaman hayati di IKN akan semakin kaya. Kehadiran mereka di Pulau Kelawasan adalah simbol bahwa pembangunan bisa berjalan seiring konservasi,” kata Pungky Widiaryanto, Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kehutanan dan Sumber Daya Air OIKN.

Kepala Balai KSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, menambahkan, “Ketika mereka tidak bisa dilepasliarkan, paling tidak mereka dapat hidup di habitat alaminya. Mereka bisa mengekspresikan perilaku alami, bukan lagi di dalam kandang, melainkan di hutan Borneo.”

Bagi YAD, Mungky dan Dodo bukan sekadar dua individu. Mereka bagian dari perhatian khusus terhadap orangutan jantan berpipi lebar yang selama ini sulit mendapat tempat pelepasliaran. Pulau Kelawasan nantinya akan dihuni lima individu yakni Mungky, Dodo, serta Bento, Beni, dan Boni.

“Kami berharap, mereka akan lebih bebas dan sejahtera di sana hingga nanti mereka tutup usia,” tutup S. Indrawati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *